Nyanyang Haris Pratamura: Layanan PT Moya Indonesia Masih Jauh di Bawah Standar PT ATB
![]() |
Direktur PT Moya Indonesia, Sutedy Raharjo. (Foto: Joni Pandiangan) |
Masa transisi pengelolaan air di Kota Batam dari PT Adhya Tirta Batam (ATB) kepada PT Moya Indonesia menjadi kegelisahan di tengah kehidupan sosial di masyarakat, Kamis (28 Januari 2021).
Kegelisahan masyarakat yang merupakan pelanggan air bersih Kota Batam berawal dengan adanya lonjakan pembayaran tagihan air setelah dikelola oleh PT Moya Indonesia.
Beberapa masyarakat mengeluhkan lonjakan pembayaran tagihan air setelah dikelola oleh PT Moya Indonesia. Pada awalnya masyarakat masih membayar kepada pihak PT ATB sebesar Rp 397.000 (Oktober 2020), Rp. 377.550 (November 2020) namun setelah air Batam dikelola PT Moya pembayaran air melonjak menjadi Rp. 757.800 (Desember 2020).
Selanjutnya ada juga salah seorang pelanggan yang awalnya hanya membayar sebesar Rp. 72.855 (Oktober 2020) dan pada bulan November 2020 membayar sebesar Rp. 69.600 kepada PT ATB. Namun setelah PT Moya Indonesia mengelola air Batam pembayaran meningkat tidak karuan sehingga seorang pelanggan harus membayar sebesar Rp. 1.512.050 untuk pembayaran air bulan Desember 2020.
Menurut Direktur PT Moya Indonesia, Sutedy Raharjo menyebutkan pembengkakan tagihan air yang dialami masyarakat dikarena oleh penggunaan kubikasi air pelanggan tersebut yang meningkat.
"Meningkatnya kubikasi air pelanggan bisa karena ada saluran di rumah yang bocor. Bisa saja keran air di rumah pelanggan bocor walaupun tidak dinyalakan keran tetapi air tetap mengalir," kata Sutedy kepada wartawan saat konferensi pers di gedung BP Batam pada 07 Januari 2021 yang lalu.
Sutedy menyebutkan bahwa keseluruhan pelanggan air Batam itu berjumlah 282.404.
Selanjutnya ada sekitar 303 pelanggan yang mengalami lonjakan pembayaran yang sangat tinggi, itu karena pemakaian pelanggan yang sangat tinggi pemakaian airnya maka pembayaran tagihan air meningkat.
"Jadi kita lakukan peninjauan ke lapangan ditemukan 21 rumah pelanggan yang mengalami kebocoran instalasi saluran airnya. Itulah penyebabnya terjadi lonjakan pembayaran tarif air," ucap Sutedy.
Ketika ditanyakan oleh Channelpublik.com seberapa besar kebocoran instalasi saluran air di rumah pelanggan yang awalnya Rp. 72.855 dan Rp. 69.600 tiba-tiba setelah dikelola PT Moya Indonesia bisa meningkat signifikan menjadi Rp. 1.512.050.
Sutedy menjawab bahwa meteran di rumah pelanggan berukuran 0,5 inci sehingga secara maksimal dapat mengalir air sebanyak 3 m³ (meter kubik) setiap satu jam. "Bayangkan saja kalau mengalir air selama 24 jam berapa banyak kubik air? Bisa saja 60 m³ setiap harinya, jadi kalau sebulan berapa banyak? Jadi silahkan saja dilakukan pengecekan langsung," ujar Sutedy.
Sutedy berdalih bahwa pihak PT. Moya Indonesia tidak bisa memprediksi berapa besar kebocoran dalam instalasi saluran air di rumah pelanggan sehingga pembayaran menjadi sebesar Rp. 1.512.050 pada bulan Desember 2020.
"Kalau mau mengecek kebocoran instalasi air di rumah sebagai pelanggan sangat gampang. Cukup menutup semua keran yang ada di rumah pelanggan, jika sudah ditutup keran tetapi masih jalan meteran itu pasti terjadi kebocoran. Namun kalau ditutup semua keran di rumah pelanggan meteran tidak jalan maka tidak mungkin angin bisa keluar juga," kata Sutedy.
Berapa pendapatan PT Moya Indonesia setelah mengelola air Batam menggantikan PT ATB?
Sutedy menerangkan bahwa PT Moya Indonesia mendapatkan Rp. 3.366 setiap m³ setiap pembayaran pelanggan. "Sisanya itu diberikan kepada BP Batam," ucap Sutedy.
Masih menurut penjelasan Sutedy bahwa rata-rata pelanggan membayar Rp. 6000 setiap m³. Sisanya sekitar Rp. 2.600 setiap m³ itu menjadi hak dari BP Batam. "Kalau ditotal pendapatan PT. Moya Indonesia sekitaran 40 miliar rupiah setiap bulannya, pihak BP Batam sekitaran 20 miliar untuk BP Batam," ujar Sutedy.
![]() |
Anggota Komisi III DPRD Provinsi Kepri, Nyanyang Haris Pratamura. (Foto: Joni Pandiangan) |
Dalam kesempatan yang berbeda anggota komisi III DPRD Provinsi Kepri, Nyanyang Haris Pratamura meminta supaya PT Moya Indonesia untuk profesional dalam melakukan pelayanan kepada pelanggan khususnya masyarakat yang berdomisili di kota Batam.
"Buatlah pelayanan PT Moya Indonesia seperti di daerah Tangerang dan Bekasi. PT Moya Indonesia juga menjadi pengelola air bersih di Tangerang dan Bekasi. Jangan sampai ada masalah di Kota Batam," kata Nyanyang saat ditemui Channelpublik.com di toko roti Takadeli Nagoya, Lubuk Baja, Rabu (27 Januari 2021).
Nyanyang menyebutkan bahwa PT Moya Indonesia sebenarnya sudah lebih mudah kerjanya sebab hanya mengoperasikan saja sebagai operatornya BP Batam dalam mengelola dan menyalurkan air kepada pelanggan yang berjumlah sekitaran 282.000.
Nyanyang juga menegaskan bahwa dalam mengelola air bersih Batam yang dilakukan PT Moya Indonesia seharusnya diawasi oleh BP Batam. "Jadi BP Batam bertanggung jawab menyelesaikan permasalahan pembayaran tagihan air yang melonjak tinggi dirasakan oleh pelanggan yang merupakan masyarakat di Kota Batam," kata Nyanyang.
Nyanyang meminta secepatnya permasalahan kenaikan tagihan air pelanggan untuk diselesaikan. "Jangan sampai nanti masyarakat di Kota Batam sebagai pelanggan dirugikan dengan keberadaan PT Moya dalam mengelola air bersih di Kota Batam," ujar Nyanyang.
Nyanyang juga mengingatkan PT Moya Indonesia bahwa saat 6 bulan ini masih masa transisi atau peralihan dari PT ATB supaya mendapatkan kepercayaan dari masyarakat Kota Batam. "Profesionalisme harus diutamakan, jangan sampai ada perubahan-perubahan tarif yang diberlakukan sekarang. Sementara secara aturan belum ada sampai saat ini kenaikan tarif air yang ditetapkan sesuai dengan aturannya," ucap Nyanyang.
Nyanyang menyebutkan dengan carut-marut dalam kehidupan sosial masyarakat ketika PT Moya Indonesia sebagai pengelola air bersih Kota Batam menjadi sebuah tolak ukur kinerjanya di bawah kinerja PT ATB.
"PT Moya Indonesia kinerja dan pelayanannya saat ini masih di bawah standar PT ATB saat mengelola air bersih Kota Batam. Kalau masalah penilaian dari angka 0 hingga 10 tidak bisa saya sebutkan. Pastinya PT ATB masih lebih tinggi kinerja dan pelayanannya mengelola air bersih Batam jika dibandingkan dengan PT Moya Indonesia," kata Nyanyang.
Nyanyang menceritakan bahwa selama PT ATB mengelola air bersih di Batam belum ada permasalahan seperti saat ini ketika PT Moya Indonesia mengelola air bersih.
(Joni Pandiangan)
Follow & Subscribe
BERITA POPULER
-
Ilustrasi. Contoh Surat Pengaduan Kasus PHK Terhadap Disnaker. (Foto: Istimewa) CHANNELPUBLIK.COM | Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah...
-
Pengertian, Dasar, Ruang Lingkup Dan Sumber Hukum Tenaga Kerja. (Foto: Istimewa) CHANNELPUBLIK.COM | Pengertian Hukum Ketenagakerjaan san...
-
Suasana persidangan dalam perkara dugaan penipuan yang dilakukan oleh terdakwa, Catur Dewi alias Eliza. (Foto: JP - Channelpublik) Menga...
-
Sejarah dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia Latar Belakang CHANNELPUBLIK.COM | Dewasa ini banyak masyarakat Indonesia y...
-
Persidangan secara virtual di Pengadilan Negeri Batam Kedatangan seorang pria bernama Ari Gunawan ke Massage Dwi Amor yang berlokasi di Komp...
-
BATAM ( KEPRI ) - Channelpublik.com | Seorang pendeta berinisial NSP di Kecamatan Batu Aji, Kota Batam diduga telah mencabuli seorang an...
-
Suasana pada saat Roy Wright Hutapea mendaftarkan diri menjadi calon ketua Peradi Kota Batam. (Foto: JP – Channelpublik). Roy Wright Hutapea...
-
Perspektif Hukum Terhadap Tunjangan Hari Raya (THR) CHANNELPUBLIK.COM | Tunjangan Hari Raya (THR) merupakan pendapatan pekerja yang wajib ...
-
Suasana Ketika Proses Perobohan Bangunan Milik PT Asianfast Marine Industries, Sekupang Kota Batam. (Foto: JP - Channelpublik ) BATAM , Chan...
-
Roy Wright Hutapea S.H, M.H Masa kepemimpinan Bistok Nadeak sebagai ketua Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Kota Batam periode 2016 - 2...
No comments:
Post a Comment